21/12/10

Jika Cinta Adalah Sebuah Permainan

Jika cinta adalah sebuah permainan, maka ia adalah bagian dari grup permainan extreme.
Nama lengkapnya adalah Daniel Isamukti Suzuki Wibowo. Nama FB-nya Suzuki Sammy.  Nama kaskusnya samoek. Aku mengenalnya sejak awal Maret 2009. Saat itu dia berusia 29 tahun. Dia tinggal di Jati bening tapi dia bilang teman-temannya banyak di depok. Setelah bertukar YM dan chatting-chatting ga penting di malam hari, keadaan mulai berubah. Dia mulai berani sms dan secara intens datang ke rumah. Dia tinggal di sebuah warnet bernama warnet Rizky. Ketiadaan project film dan kehilangan uang dalam jumlah besar serta menjauhnya Nina, sang pacar, membuat dia merasa menjadi orang yang paling tidak beruntung di dunia. Tanpa uang, tanpa rumah, tanpa keluarga dan pekerjaan. Dia dalam kondisi amat sangat muak dan mulai putus asa dengan hidupnya.
Jika cinta adalah sebuah permainan, maka Samuk adalah pemain yang handal di dalamnya.
17 Mei 2009
Setelah intensitas pertemuan dan perhatian yang saling diberikan, aku mulai bertanya-tanya akan seperti apa hubungan kami selanjutnya. Dia terus berusaha meyakinkan bahwa hubungannya dengan Nina sudah hampir kandas. Ia meminta aku untuk menunggu karena saat ini ada satu hal yang membuat dia belum dapat memutuskan Nina. Samuk bilang dia tidak pernah mendapatkan perhatian seorang ibu, ayah, kakak dan orang terkasih dalam satu diri, dan ia menemukan semua hal itu dalam diri aku. Dia mempertahankan aku karena dia dengan amat sangat pasti menyatakan bahwa hubungannya dengan Nina sudah tidak dapat dipertahankan. Setelah urusan dengan Nina selesai, dia menyatakan akan melakukan apapun agar kami bisa sejalan. Termasuk dalam masalah keimanan. Karena dia tidak ingin sekedar pacaran. Ia lelah. Ia ingin memiliki keluarga dan ingin punya 7 anak. “Umurku udah hampir 30, beb. Mamaku udah tua, udah pengen momong cucu. Hubunganku sama nina ga bisa di’arepin, Nina ga dewasa dan sekarang udah mulai suka kenal-kenalan sama cowo-cowo turki gitu deh...”.
“Miss u Love u Beb”. Dia seringkali mengatakannya sambil menatap mataku.
Semenjak saat itu, kami selalu bersama. Dunia samuk yang aku tahu adalah dunia fotografinya saat ini dan dunia balap motornya di masa lalu. Samuk seringkali bercerita tentang masa lalunya, masa saat ia masih jaya dan kaya. Saat itu dia selalu bilang “ kenapa kita ga ketemu dari dulu ya Beb? “ kalo ketemu dari dulu , aku bisa traktir kamu, bisa beliin kamu apa aja... Lalu aku akan menjawab sambil tersenyum: “ kalo kita ketemu saat itu, kamu ga akan memandang aku seperti saat ini. Jadi, jalanin aja apa yang harus kita jalanin sekarang”. Seringkali, saat kami bertemu, samuk datang tanpa uang disaku dan perut yang lapar. Lalu dengan wajah agak malu dia akan bilang, “ Beb, aku pinjem uang buat beli bensin”. Dan ini terus menjadi kebiasaan hingga 8 bulan kebersamaan kami.  Aku dibesarkan dengan pemikiran: “Jika kelak anak cucu kesusahan, semoga kebaikan yang saya berikan dapat menjadi berkah mereka agar dibantu orang lain”. Maka aku terus memberi Samuk semangat, meminjamkan ia uang, memberi dia uang pegangan untuk jaga2, memberi perhatian dan cinta.
Jika cinta adalah sebuah permainan, maka cinta itu luka dan aku semakin terseok-seok menggapainya.
Samuk pernah punya cita-cita memiliki sebuah studio foto dan satu hari di bulan Oktober dia bertemu dengan Yogi, seorang teman baru yang mau bersama-sama membangun mimpi dan harapan melalui sebuah studio foto. Aku percaya dengan kemampuan dia. Aku berusaha untuk terus mendukung dia. Karena pada saat itu aku masih percaya dengan hubungan yang aku dan dia miliki. Namun justru sejak saat itu dia mulai menjauh dan semakin menjauh dengan alasan sibuk dengan urusan studio. Dia bilang: “ Aku pengen buktiin ke mama kalo aku bisa sukses tanpa dia. Aku pengen mama bangga sama aku”. Di lain kesempatan dia akan secara emosional dan berapi-api menyalahkan aku yang seringkali protes karena merasa diabaikan. Dia bilang aku tidak bisa mengerti keadaan dia saat itu. Samuk sudah mulai mengesampingkan aku dari hidupnya.
Studio foto yang hampir launching membutuhkan peralatan fotografi tentunya. Samuk bilang dia mau melibatkan aku didalamnya, agar kami selalu dekat. Maka ia meminta kamera dan lensaku untuk diinvestasikan di studio foto dengan janji bahwa ia akan membagiku sepertiga keuntungan dari hasil project yang ia kerjakan. Satu hari, dibulan September demi menjalin kerjasama dan memastikan bahwa Samuk akan selalu ada buat Yogi, Samuk bilang Yogi mengiming-imingi lensa f/2.8 akan diberikan untuk samuk dengan harga berapapun. Samuk begitu excited, dia minta aku untuk menjual lensa f/4 dan memberikan uang hasil penjualan itu ke yogi untuk ditukar dengan f/2.8. “Lensa itu akan aku kasi buat kamu, beb. Aku akan kerja keras dan serius supaya bisa beli kamera sendiri. Masi pengen beli nikon”. Samuk pernah bilang begitu. Aku di lain pihak merasa senang sekali karena memiliki lensa itu akan menjadi sebuah hadiah ulang tahun yang indah.
Hari terus berganti, entah dengan alasan apa, Samuk dan Yogi mulai menjual barang-barang yang ada di studio, termasuk lensa f/2.8 itu. Aku seringkali bertanya-tanya apa yang terjadi. Samuk biasanya akan menjelaskan tanpa kejelasan, lebih sering dengan emosi. Dia bilang uangku akan dikembalikan secara bertahap. Dan aku hanya bisa menangis, karena setiap kali dia menargetkan tanggal dia harus memberikan uang padaku, malam sebelum tanggal itu dia akan mengirim sms dengan kata2 : “ beb, aku belum bisa dapet uangnya, gimana dong?”. Aku merasa semakin terpuruk. Kondisi keuanganku menipis dan samuk yang aku harapkan dapat membantu ternyata tidak dapat diharapkan sama sekali.  Hari terus berganti, aku masih berusaha untuk tetap mempercayai samuk, terlebih kemudian adik sepupunya, ndari datang ke Jakarta. Samuk banyak bercerita bahwa ia dan ndari tumbuh besar bersama. Ia sering meng-encourage-ku untuk bertanya tentang kehidupannya di masa lalu. Dia bilang dengan mengenal ndari seakan-akan membuktikan bahwa dia memang jujur mencintaiku dan menjalani hubungan denganku. Aku tidak merasa perlu, karena aku pikir aku tahu cukup banyak tentang cerita masa lalu dia dari mulut dia sendiri, bahkan aku seringkali berpikir dia masih hidup di masa lalu dan tidak mampu menerima keadaan dirinya yang tidak memiliki banyak hal yang berarti lagi sekarang.
Aku jarang main FB, jika FBku terlihat aktif dengan permainan farmville, itu karena kakakku sering menggunakan ID-ku untuk mainan. Suatu hari setelah ulangtahunnya yang ke 30, aku membuka FB dan melihat Nina men-tag foto samuk sedang memegang kue coklat. Aku mulai freak-out dan mencoba mencari tahu tentang hubungan mereka. Samuk bilang dia tidak lama disana, atas permintaan lady, kakaknya nina yang menginginkan nina baikan sama samuk, maka samuk datang ketemu nina selama kurang lebih 15 menit. Lalu dia hang-out sama temen2 bengkel. Dia mencoba meyakinkan aku atas keadaan itu dan dia juga bilang dia pernah minta putus sama Nina tapi Nina tidak mau mengakhiri hubungan mereka jadi dia menjalani hubungan itu tanpa rasa. Tapi sepertinya dia sudah terlalu mendalami karakter dirinya. kadang aku melihat dirinya tidak mampu untuk hidup normal, karena dia dan karakter yang diperankannya adalah manusia yang sudah terbiasa hidup dalam kebohongan dan mimpi yang berlebihan. Kenyataan yang ada benar-benar membakar emosi, dia tidak pernah putus dengan Nina.
Aku berusaha mencari tahu sendiri dan menemukan fakta bahwa Samuk seringkali berbohong, hingga beberapa waktu lamanya aku sempat lupa bagaimana caranya tersenyum. Begitu banyak kebohongan, begitu banyak kepalsuan hingga aku tak tahu lagi yang mana bagian dari kebenaran.  Aku hanya tahu satu hal yang pasti, aku hanyalah seorang selingkuhan yang dimanfaatkan. Cobaan ini berat sekali untuk dihadapi. Airmataku seringkali keluar tanpa bisa dibendung.

Jika cinta adalah sebuah permainan, maka permainan ini mahal harganya.
Samuk pernah bilang:” Baju yang aku miliki, Darah yang mengalir ini, 70% adalah milik kamu, karena kamu yang memberi aku makan dan baju setahun belakangan ini.” Selama aku mengenal samuk, aku menghabiskan banyak cinta dan uang belasan juta untuk mendukung dia supaya dia menjadi orang yang lebih baik. Aku meletakkan banyak harapan pada hubungan ini dan menjadikan diriku jatuh amat dalam ke kubangan kekecewaan. Aku pernah percaya samuk adalah pribadi yang baik dengan talenta yang amat besar. Ia dapat melakukan apapun hanya dengan belajar otodidak. Karena itu aku terus berusaha menyemangatinya keluar dari jalan hidupnya sekarang. Tapi kepintarannya berbanding terbalik dengan kestabilan emosinya.
Jika cinta adalah sebuah permainan, maka aku bodoh karena selalu terperangkap didalamnya.
Aku adalah perempuan yang terluka. Umurku berada di akhir 20-an dan aku tidak menyangka bahwa aku masih terperangkap dalam cerita cinta seperti ini. Aku menuliskan ini untuk mendukung sebuah quote:”Never judge the book by its cover”. Karena walaupun kita sudah melihat cover buku serta membuka chapter 1 dan 2, kita tidak pernah tahu bagaimana akhir dari cerita tersebut.  Sebagai manusia biasa yang sedang menghadapi masalah keuangan akut, aku secara tidak munafik masih mengharapkan sebagian uangku kembali namun aku sama sekali tidak menginginkan samuk kembali.  Tapi tujuan utama aku menulis artikel ini adalah karena aku merasa Samuk berhutang maaf padaku, pada Nina dan paling terutama pada mamanya, Ibu Kotin Suzuki. Karena dia telah mempermainkan dan melukai perasaan perempuan. Semoga Tuhan memaafkannya, menegurnya dan menjadikan ia seorang yang lebih baik bagi pendamping hidupnya kelak.

1 komentar:

  1. apakah penulis bisa dihubungi, krn saya mengalami permasalahan yg sama dengan orang yg sama, atau mungkin bisa memberikan info yogi. thx

    BalasHapus